newsletter
Edisi 35/Agustus 2007
JETRO menyelenggarakan seminar One Village One Product di Yogya
Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Yogyakarta, DEKRANS DIY dan JETRO Jakarta Center telah menyelenggarakan Seminar Sosialisasi Program One Village One Product (OVOP) di sebuah hotel di Yogya pada tanggal 31 Juli. Acara ini dihadiri oleh sekitar 75 peserta yang terdiri dari pelaku usaha kerajinan setempat, desainer, serta pihak dari luar Yogya seperti Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi (Menko Perekonomian).
[Semangat OVOP adalah “Upaya Swadaya”, peran Pemerintah hanya mendukung]
Dalam seminar tersebut, Mr. Koji Ida, Senior Director JETRO Jakarta Center menjelaskan kronologi kegiatan OVOP di Jepang, dimana kegiatan OVOP merupakan kegiatan yang diprakarsai oleh gubernur Oita di Jepang pada tahun 1970an dalam rangka pengembangan daerah. Kemudian kegiatan tersebut tersebar ke negara-negara Asia dan Afrika. 3 Prinsip OVOP yang dikemukakan adalah, 1.“Lokal tetapi Global” (Membuat produk yang dapat diterima secara global dengan memanfaatkan sumber di daerah setempat); 2. “Prakarsa dan Kemandirian” (Upaya swadaya masyarakat setempat, sedangkan pemerintah hanya berperan sebagai pendukung); 3.“Pengembangan SDM” (yang dikembangkan adalah SDM yang dapat menciptakan nilai baru bukan teknologi produksi atas produk tertentu).
Kemudian dilaporkan hasil proyek percontohan OVOP di Yogya yang dimulai sejak tahun lalu, sebagai berikut: JETRO telah mengirim desainer interior Jepang Mr. Junya Kitagawara sejak bulan September tahun lalu sebanyak 6 kali untuk memberi bimbingan mengenai pengembangan produk yang sesuai dengan gaya hidup masyarakat Jepang pada saat ini dengan memanfaatkan bahan-bahan, budaya dan tradisi setempat. Kemudian produk seperti mebel kayu, batik, produk kulit ikan pari, bambu dll dipamerkan sebagai produk “JOGJAtic” pada pameran internasional yang diselenggarakan di Tokyo pada bulan Juni lalu. Dalam pameran selama 3 hari, sebanyak kurang lebih 2000 pengunjung datang di stan JOGJAtic. Menurut pengunjung, ” Teknik dan gaya tradisional diterapkan dan disesuaikan dengan kehidupan moderen”, ” Terkesan lebih moderen dibandingkan dengan produk Asia pada umumnya”, Terkesan baru daripada produk Indonesia sebelumnya” dll (lihat JETRO Jakarta Newsletter nomor 33 tanggal 28 Juni 2007). Setelah pameran ini, sudah ada beberapa order dari Jepang untuk beberapa produk.
[Dasar dalam produksi adalah ”membuat apa yang diinginkan oleh pembeli”]
Pada sesi siang Mr. Kitagawara, ahli JETRO memberi ceramah dengan topik “Pentingnya desain original”. Dia mengemukakan bahwa hasil produksi massal dengan mesin dimanapun akan sama , sedangkan harga tidak lagi bersaing dengan produk Cina, maka sangatlah penting untuk membuat produk yang berciri khas dengan memanfaatkan bahan-bahan yang digunakan selama ini oleh masyarakat setempat. ”Sebagus apapun produknya, tidak akan laku apabila tidak digunakan oleh orang, maka harus dipelajari terlebih dahulu (survei pasar) apa yang diinginkan pengguna sebelum memulai produksi”. tambahnya.
Mr. Kitagawara menjelaskan ciri khas konsumen masyarakat Jepang. ” Orang Jepang membeli barang sesuai dengan tren, sedangkan tren berubah dalam 1-2 tahun”. Ia menekankan perlunya selalu mempelajari tren Jepang melalui internet, majalah dll. Juga yang tidak kalah penting adalah mengenai kestabilan mutu. ”Sekali dipercaya, orang Jepang akan terus membeli produk tersebut, namun sekali mutunya turun, maka tidak akan dibeli lagi selamanya”, ia memperingatkan.
Mengenai perbedaan kebiasaan niaga antara Jepang dan Barat adalah, pembeli dari negara Barat datang di pameran dengan hak dan kewenangan membeli produk, sedangkan pembeli dari Jepang tidak memiliki hak seperti itu. Apabila pembeli Jepang menemukan produk yang memiliki potensi di pameran, proses yang ditempuh adalah sebagai berikut; informasi yang diperoleh dibawa pulang dan diinformasikan ke perusahaan, lalu diproses di beberapa rapat internal seperti bagian perencanaan, desain, pemasaran dll, kemudian apabila ada persetujuan perusahaan, baru dipesan ke produsen. “Oleh karena itu, transaksi skala besar dapat memakan waktu setengah tahun sampai dengan lebih dari 1 tahun”, jelasnya. “ Tidak perlu menyerah walaupun belum ada pemesanan pada saat ini”, ujarnya sambil meminta pengertian dari peserta pameran Interior Lifestyle.
[Terus mendukung untuk menuju OVOP secara nasional]
Bapak Yuli Sugianto (Direktur produsen mebel, Ladunni Globalindo), wakil JOGJAtic yang ikut serta dalam proyek percontohan ini menjelaskan bahwa kegiatan mendatang dari JOGJAtic adalah sebagai berikut: (1) Memperkuat organisasi JOGJAtic dan mendorong kegiatan secara mandiri melalui pendirian perpustakaan, lembaga diklat, showroom, website dll, (2) Meningkatkan kemampuan teknik desain, produksi dan pemasaran perusahaan anggota JOGJAtic melalui lokakarya secara berkala, (2) Memberikan bimbingan yang dilakukan oleh perusahaan anggota JOGJAtic kepada perusahaan bukan anggota (sosialisasi hasil proyek percontohan ini ), (4) Mengembangkan ekspor ke Jepang dengan mendapatkan agen pemasaran di Jepang, dll.
JETRO akan tetap memberi berbagai bantuan dalam rangka pengembangan industri kerajinan Yogya melalui pengiriman tenaga ahli untuk lokakarya, konsultasi bisnis seperti mendatangkan misi perdagangan (para pembeli) dari Jepang dsb. Dengan sosialisasi hasil proyek percontohan ini, kami juga terus mendukung upaya dan inisiatif pihak Indonesia dalam rangka revitalisasi ekonomi daerah secara nasional dan pengembangan SDM industri.
Business Matching Database (TTPP)
Melakukan kemitraan bisnis secara online melalui layanan JETRO
Database tentang kemitraan bisnis secara online yang tersedia gratis, memungkinkan perusahaan dan perorangan diseluruh dunia melakukan kemitraan bisnis melalui sekitar 30,000 usulan dan/atau proposal bisnis. TTPP menjangkau mitra bisnis potensial di Jepang dan dunia internasional. Daftarkan perusahaan anda dan sampaikan proposal bisnis anda melalui TTPPhttps://www3.jetro.go.jp/ttppoas/index.html
TTPP juga dapat diakses melalui website KADIN Indonesia http://www.kadin-indonesia.or.id (klik pada bagian “temu usaha”).